Sebuah riset menunjukkan, angka pengangguran di Inggris mencapai level tertinggi dalam 17 tahun terakhir.
Menurut survai Higher Education Careers Services Unit (Hecsu), tingkat pengangguran di Inggris meningkat satu persen sejak tahun lalu menjadi 8,9 persen dengan total lulusan sarjana 21 ribu orang. Tahun lalu, angka pengangguran meningkat dari 5,5 persen menjadi 7,9 persen. Charlie Ball dari Hecsu memercayai, angka ini merupakan puncaknya.
"Angka pengangguran tidak meningkat seperti yang kita kuatirkan, dan dalam beberapa cara juga tidak mendekati angka yang kita miliki saat resesi pada 1992, yaitu 11,6 persen. Kami berharap angka ini menurun tahun depan," jelas Ball seperti dikutip dari situs BBC, Selasa (2/11/2010).
Pemerintah Inggris dijadwalkan memberi respons atas temuan Browne Review tersebut pada akhir minggu ini. Pada kesempatan tersebut pemerintah juga diharapkan memberi kejelasan soal rencana menaikkan biaya pendidikan.
Riset tersebut juga menunjukkan para sarjana di beberapa bidang tertentu mengalami nasib lebih baik dibandingkan rekan-rekannya yang mengambil bidang studi berbeda. Misalnya, sarjana Teknologi Informasi (TI) yang menganggur mencapai 16 persen di antara sarjana lainnya. Bidang studi teknik juga menyumbang sekira 10 persen angka pengangguran. Kebalikannya, lulusan geografi dan psikologi bernasib lebih baik dalam mendapatkan pekerjaan.
Presiden Uni Nasional Mahasiswa Aaron Porter menyatakan, lulusan universitas menghadapi pasar tenaga kerja yang tidak menentu selama puluhan tahun."Pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor publik pun membuat masa depan dalam jangka menengah terlihat tidak lebih baik," ujarnya.
Porter juga menyatakan, suramnya prospek karier bagi para sarjana menjadi alasan betapa tidak adil dan tidak logisnya rencana pemerintah untuk menaikkan dan membebankan biaya pendidikan kepada mahasiswa.
Perserikatan Perguruan Tinggi (The University and College Union), sebagai representasi civitas akademik di Inggris, memperingatkan, pelajar-pelajar berprestasi akan tersingkirkan dalam seleksi masuk ke sebuah perguruan tinggi karena kerasnya pasar kerja dan kemungkinan peningkatan biaya pendidikan
Sekjen Perserikatan Perguruan Tinggi Sally Hunt menyatakan, para sarjana menghadapi peningkatan kompetisi dalam pasar tenaga kerja, dan meninggalkan kampus dengan catatan utang.
"Sarjana adalah investasi negara kita. Kekhawatiran mereka akan tidak menentunya pasar tenaga kerja, ditambah obsesi pemerintah dalam penerimaan dana pendidikan akan menyingkirkan para pelajar berprestasi dari kampus. Hal itu bukanlah yang dibutuhkan Inggris jika kita ingin menjadi negara penguasa ekonomi dengan kemampuan dan upah tinggi bagi para pekerjanya," ujar Hunt.(rhs)
Menurut survai Higher Education Careers Services Unit (Hecsu), tingkat pengangguran di Inggris meningkat satu persen sejak tahun lalu menjadi 8,9 persen dengan total lulusan sarjana 21 ribu orang. Tahun lalu, angka pengangguran meningkat dari 5,5 persen menjadi 7,9 persen. Charlie Ball dari Hecsu memercayai, angka ini merupakan puncaknya.
"Angka pengangguran tidak meningkat seperti yang kita kuatirkan, dan dalam beberapa cara juga tidak mendekati angka yang kita miliki saat resesi pada 1992, yaitu 11,6 persen. Kami berharap angka ini menurun tahun depan," jelas Ball seperti dikutip dari situs BBC, Selasa (2/11/2010).
Pemerintah Inggris dijadwalkan memberi respons atas temuan Browne Review tersebut pada akhir minggu ini. Pada kesempatan tersebut pemerintah juga diharapkan memberi kejelasan soal rencana menaikkan biaya pendidikan.
Riset tersebut juga menunjukkan para sarjana di beberapa bidang tertentu mengalami nasib lebih baik dibandingkan rekan-rekannya yang mengambil bidang studi berbeda. Misalnya, sarjana Teknologi Informasi (TI) yang menganggur mencapai 16 persen di antara sarjana lainnya. Bidang studi teknik juga menyumbang sekira 10 persen angka pengangguran. Kebalikannya, lulusan geografi dan psikologi bernasib lebih baik dalam mendapatkan pekerjaan.
Presiden Uni Nasional Mahasiswa Aaron Porter menyatakan, lulusan universitas menghadapi pasar tenaga kerja yang tidak menentu selama puluhan tahun."Pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor publik pun membuat masa depan dalam jangka menengah terlihat tidak lebih baik," ujarnya.
Porter juga menyatakan, suramnya prospek karier bagi para sarjana menjadi alasan betapa tidak adil dan tidak logisnya rencana pemerintah untuk menaikkan dan membebankan biaya pendidikan kepada mahasiswa.
Perserikatan Perguruan Tinggi (The University and College Union), sebagai representasi civitas akademik di Inggris, memperingatkan, pelajar-pelajar berprestasi akan tersingkirkan dalam seleksi masuk ke sebuah perguruan tinggi karena kerasnya pasar kerja dan kemungkinan peningkatan biaya pendidikan
Sekjen Perserikatan Perguruan Tinggi Sally Hunt menyatakan, para sarjana menghadapi peningkatan kompetisi dalam pasar tenaga kerja, dan meninggalkan kampus dengan catatan utang.
"Sarjana adalah investasi negara kita. Kekhawatiran mereka akan tidak menentunya pasar tenaga kerja, ditambah obsesi pemerintah dalam penerimaan dana pendidikan akan menyingkirkan para pelajar berprestasi dari kampus. Hal itu bukanlah yang dibutuhkan Inggris jika kita ingin menjadi negara penguasa ekonomi dengan kemampuan dan upah tinggi bagi para pekerjanya," ujar Hunt.(rhs)
sumber : KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar